Oleh R. Rr. Ariska Desy Ariyanti
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya
sistem perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan
negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang
dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam
mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar
ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap
sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis
aturan.
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi
pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan
mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Namun sebuah studi terbaru menunjukkan rencana
integrasi ekonomi ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dinilai justru
dapat memperbesar kesenjangan antar negara di kawasan tersebut. Selain itu, MEA
juga dinilai lebih menguntungkan laki-laki dibandingkan perempuan.
Mengutip Channel News Asia, Kamis (21/8/2014), pasar
tunggal ASEAN dapat menambah 14 juta lapangan kerja dan menggenjot pertumbuhan ekonomi
tahunan ASEAN menjadi 7,1 persen pada 2025. Data-data tersebut berdasarkan
studi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Bank Pembangunan Asia
(ADB). Meski demikian, MEA juga membunyikan alarm perolehan pertumbuhan takkan
terdistribusi secara merata. Di samping itu, rencana integrasi ekonomi juga
akan meningkatkan jurang pemisah antara kaum kaya dan miskin di kawasan
tersebut.
Dengan adanya permasalahan yang semakin rumit ini,
peran mahasiswa sangatlah penting dalam menghadapi fenomena baru Masyarakat
Ekonomi ASEAN ini di Indonesia. Apalagi setelah mengetahui bahwa
Indonesia dengan kekayaan alam yang besar ternyata ekspornya hanya didominasi
oleh barang-barang berupa bahan baku alam (raw material), seperti
batubara, minyak nabati, gas, dan minyak bumi. Indonesia masih kalah bersaing
dengan negara-negara industri utama ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan
Thailand. Pengolahan bahan baku alam yang merupakan hasil Indonesia masih
selalu dilakukan oleh negara lain, Indonesia belum mampu menguasai kekayaan
alamnya sendiri.
Kondisi seperti ini perlu adanya penyadaran bagi kaum-kaum
muda sebegai generasi penerus bangsa ini. Generasi muda harus mempersiapkan
dirinya ketika pasar bebas ASEAN sudah diberlakukan tahun 2015. Keberlanjutan
negara ini ada di tangan kaum muda-mudi, ketika kesadaran akan pentingnya
membenahi diri untuk menghadapi MEA bagi para generasi muda tidak ada,
Indonesia nantinya akan terjual ke negara lain dan negara Indonesia akan
dikuasai oleh negara lain.
Dukungan dari generasi muda untuk menghadapi
MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk dapat bertahan dalam
persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan
diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri selagi mahasiswa, mensosialisasikan
MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga
usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara.
Selanjutnya
saya akan membahas tentang sosial budaya. Dengan adanya sistem Masyarakat
Ekonomi ASEAN ini, memanglah akan mempermudah untuk mengenalkan keberagaman
yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, bagaiamana dengan budaya asing yang bisa
saja masuk ke Indonesia dengan tidak terkontrol?
Ketika
Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah bergulir maka secara tidak langsung interaksi
berbagai budaya yang berbeda akan semakin mudah masuk dan mewarnai atmosfir
kebudayaan Indonesia. Di mana budaya-budaya tersebut tidak semuanya baik, akan
tetapi juga memiliki dampak buruk terhadap nilai-nilai budaya Indonesia
sendiri, ideologi bangsa, serta identitas bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu disiapkan pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila pada
masyarakat, terutama pada mahasiswa calon pemimpin bangsa. Dengan cara di
antaranya adalah memberi pemahaman mendalam tentang nilai – nilai Pancasila
kepada masyarakat, memakai baju produksi dalam negeri di kehidupan sehari –
hari, memakai baju batik setiap hari Jumat seperti yang dilakukan mahasiswa
Fakultas Ilmu Administrasi di Universitas Brawijaya, memperdalam pengetahuan
tentang kebudayaan yang ada di Indonesia, berusaha untuk tidak terpengaruh
dengan budaya luar yang umumnya kaum muda untuk lebih tertarik kepada budaya
tersebut dibanding budaya Indonesia sendiri, dan lainnya. Dengan begitu
generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan negara, karena
kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Euodia
Saragih, Arion.2014. Peran Mahasiswa
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN.(Online),(http://m.kompasiana.com/post/read/634662/1/peran-mahasiswa-menghadapi-pasarbebas-asean.html) diakses pada 28 November 2014.
Harian Kompas.2014. Indonesia Bisa Terpukul oleh MEA. (Online), (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/21/120300826/Indonesia.Bisa.Terpukul.oleh.MEA) diakses pada
29 November 2014.