Senin, 23 Juni 2014
KaiSoo Fanfiction ~ Santa Claus Panic!
Santa Claus Panic!
Main cast
: Do Kyungsoo and Kim Jongin ( EXO )
Genre
: Little humor, Angst, Smutt smutt di dinding (?)
Disclaimer
: Cerita ini berdasar komik yang dikarang oleh SHIBA Nana yang aku
tambahin dikit – dikit lah sama saya xD
Kaisoo milik SMent dan orangtuanya, sedangkan
cerita ini yang nulis sayaa ^^v hehehe
Warning : Boys Love, OOC, DLDR, Typo bertebaran, Just One Shoot
Note : Maaf alur kecepetan -_-v
^Happy Reading^
Namaku Do Kyungsoo. Atau mereka biasa memanggilku Kyungsoo. Hari
ini adalah hari natal. Tepat saat hujan pertama kali turun pada tahun ini,
tepatnya Bulan Desember di Seoul. Kini aku sedang berada di depan jendela.
Menatap bulir - bulir salju yang berlomba-lomba mencapai tanah dan menutupi
sepanjang jalanan Kota Seoul. Sepi. Sendirian. Ya, aku tinggal sendirian di
apartemen yang besar ini. Maid yang sering membantu membereskan rumah pun pamit
untuk pulang ke kampung halamannya untuk merayakan hari penuh suka cita ini
dengan keluarganya.
Sudah beberapa tahun ini aku tak pernah merayakan
natal dengan seseorang atau bahkan dengan keluargaku sendiri. Selama masa
pubertasku pula aku tak mempunyai seorang pacar pun. Bahkan temanku pun
sedikit. Di sekolah aku memang pendiam. Banyak orang yang tak mengenalku karena
aku terlalu pendiam. Bukannya aku sombong atau tak mau mempunyai teman banyak,
aku adalah tipe orang yang terlalu pemalu. Mereka terkadang yang selalu
memandangku aneh, hingga membuatku terkucilkan di rumah maupun di sekolah.
Aku juga tak suka
dengan keramaian. Keramaian hanya membuat aku teringat suatu kejadian yang
sangat ingin ku lupakan. Saat itu aku masih duduk di sekolah dasar. Dan hari
itu musim dingin seperti sekarang ini. Aku pulang sekolah dengan menaiki bus,
karena Appa bilang tak bisa menjemputku karena ada rapat perusahaan. Ketika aku
berusaha mencapai halte bus yang tak jauh dari sekolah, tiba – tiba aku
dihadang beberapa anak bertubuh lebih besar dariku. Yang kuketahui, mereka
adalah anak – anak dari saingan perusahaan Appa. Mereka memukuliku, menendangku hingga tak
sadarkan diri di tepi jalan. Mereka membenciku karena aku adalah anak dari
seseorang yang membuat perusahaan orang tua mereka jatuh miskin. Semua hal itu cukup membuatku
trauma dan menjadi pribadi yang berbeda. Pendiam dan takut keramaian.
Dan jika kalian
menanyakan mengapa aku tak merayakan natal dengan keluargaku? Jawabannya
adalah, keluargaku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan mereka di luar negeri.
Alasan mereka untuk tidak pulang ke Seoul saat malam natal selalu sama dan tak
pernah berubah setiap tahunnya. Mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka,
karena takut perusahaan tidak terkontrol ketika mereka tinggalkan ‘pulang
kampung’. Lalu apa gunanya bawahan – bawahan mereka yang mencapai ratusan itu?
Apakah sebegitu tidak percayakah mereka pada orang lain? Pernah aku berteriak
di telepon dan mengatakan mereka jahat tak pernah memikirkan anaknya yang
sendirian di Seoul. Tebak apa yang mereka jawab? “Kami juga perlu mencari uang
untuk segala kebutuhanmu, Kyungie. Kau juga sudah dewasa, besar dan bisa
menjaga dirimu sendiri. Lagi pula masih ada maid dan pengawal yang menjagamu.
Mengertilah. Jika uangmu habis, hanya tinggal menelepon kami. Kami akan
mengirimu uang yang lebih banyak.” Aku tak butuh uang mereka! Aku hanya butuh
perhatian dan kasih saying mereka. Sebenarnya apakah mereka pernah mengerti
jika aku di sini membutuhkan teman dan belaian kasih sayang dari orangtua? Ku
pikir mereka takkan mengerti. Aku di sini bagaikan anak anjing yang terlantar
mencari belas kasihan pada orang – orang yang melewatiku. Tapi tentunya aku
takkan mau melakukan hal seperti yang anak anjing itu lakukan.
“Merry Christmas!”
“Appa, Merry Christmas
ya!”
“Eomma! Aku ingin
mainan kereta itu buat hadiah natalku tahun ini!”
“Eonni, ayo kita ke
bioskop! Aku ingin merayakan natal denganmu sambil nonton film terbaru itu!”
Suara-suara
perbincangan beberapa orang tentang natal di pinggir jalan mulai hilir-mudik menyapa gendang telingaku.
Aku hanya bisa menghela nafas. Kemungkinan besar natal tahun ini akan tetap suram
seperti tahun-tahun sebelumnya.
Saat ini aku sedang
menelusuri jalanan menuju ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan
untuk merayakan natal. Yaah, walaupun hanya merayakan seorang diri, tak ada
salahnya kan? Dengan kata lain mungkin aku berusaha menghibur diri dengan
mencari kesibukan lainnya dengan hobiku –memasak- itu.
“Merry Christmas!
Malam natal ini Sinterklas akan menghadiahkan malam yang indah untukmu!”
“Merry Christmas! Ini
layanan delivery Sinterklas! Khusus malam natal saja lho! Silahkan! Ini
selebarannya. Merry Christmas everyone!”
Salah satu dari
beberapa orang yang memakai kostum serupa Sinterklas –dan berteriak-teriak di
sepanjang trotoar yang dilewati banyak orang- memberikan selebaran-selebaran
yang mereka sebut “Sinterklas Delivery”. Tak terkecuali aku yang kebetulan juga
melewati jalanan tersebut.
Aku menerima selebaran
tersebut sambil meneruskan langkah menuju supermarket. Ku baca selebaran yang
berada di genggaman tangan kananku. Aku tersenyum ketika membaca deretan huruf
yang tertera di sana. Hmm.. Setelah di pikir – pikir sepertinya bagus juga.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Santa Klaus Panic ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Pohon natalnya oke.
Makanannya oke. Cake-nya juga sudah matang dan tinggal ditaruh di lemari es.
Fiuhh sempurna!”
Ya, sekarang aku sudah
memesan “Delivery Sinterklas” itu. Di dalam anganku, aku akan bertemu dengan seseorang
berbaju Sinterklas mendatangi rumahku dan merayakan natal tahun ini bersama
dengan suka cita. Berbagi kado natal, menyanyikan lagu natal, makan malam bersama,
bermain game, bermain kartu bermaiinn.. Ah, aku tak bisa membayangkan betapa
bahagianya aku malam nanti. Meskipun uang sakuku selama sebulan ini melayang,
tapi setidaknya untuk malam ini akan menjadi natal terindah dalam hidupku. ^^
‘TING TONG TING TONG!’
Ah, itu dia
Sinterklas-nya datang! Hatiku berdegup kencang. Ini yang ku nanti – nantikan. Ugh
aku sudah tak sabar lagi melakukan hal-hal menyenangkan dengannya.
“Annyeong haseyo. Mery
Christmas, Kyungsoo-ssi!”
“……………………….” Sungguh
aku tak bisa berkata apa pun. Aku terpaku ketika membukakan pintu. Terkejut.
Tak kusangka orang sekeren ini yang akan datang. Ku pikir yang akan datang
adalah kakek-kakek tua berjenggot putih dan memakai kacamata berkostum
Sinterklas dan membawa karung berisi hadiah-hadiah natal.
Namja ini sangat
tampan, berpostur lebih tinggi dariku, berkulit tan yang tampak jelas,
mempunyai mata coklat yang sangat indah dan tentunya memakai kostum Sinterklas
namun belahan dadanya terekspos jelas. (bayangkan betapa seksinya Kai kalo pake
baju begituaann /nose bleed/ *.*)
“Hey, kenapa diam saja?
Apa kau ingin aku mati muda karena kedinginan di terasmu yang sangat dingin ini
eoh?” Kata – katanya barusan seketika membuatku kembali ke dunia nyata. Aku
tersenyum malu karena tertangkap tengah melamun melihat kedatangannya
“Oh.. Ah i-iya
mianhae.. Hehehe. Merry Christmast too. Silahkan masuk. Emm Kau lapar tidak?
Aku sudah menyiapkan makan malam banyak sekali loh.” Aku berusaha memberikan
senyum terbaikku. Ini hari yang istimewa, jadi tak boleh ku sia - siakan begitu
saja!
“Tak perlu pakai
pendahuluan segala. Kita mulai sekarang saja hmm?”
BRRUKK !
Namja itu
menghempaskan tubuhku begitu saja ke arah sofa. Lalu ia merangkak di atas
tubuhku dan membelai pipiku. Aku tak mengerti. Sebenarnya apa yang Ia lakukan
eoh?
“A.. Aanuu.. Emm
mulai apa ya?” Tanyaku agak bingung.
Ia tampak
terkejut mendengar pertanyaanku itu. Membuatku tambah bingung. “Hah ?! Itu
tujuanmu menyuruhku ke sini kan? Kenapa kau malah menanyakan itu padaku ?! Aku
ini Host panggilan yang kau pesan.” (Host panggilan itu semacam pria penghibur
gitu lah ._.)
DEG !
“Hh Host
panggilan ??!!” Aku segera mendorong tubuhnya hingga terjungkal ke belakang dan
mengambil dengan kilat selebaran yang tadi sore. Mataku membulat (padahal udah
bulat -_-) ketika membaca tulisan bagian
atas yang terlipat dan belum sempat ku baca.
HOST
CLUB ROOM 418 SPESIAL NATAL.
Host keren dan tampan akan datang
ke rumah Anda dengan kostum Sinterklas! Hanya ada saat malam natal saja. Jangan
sampai ketinggalan!
DELIVERY SINTERKLAS
Hubungi nomor kami di
08**********
“Huwaaaaaaaaaaa
!!! Pantas sajaaa luar biasa mahaaaallll !!!!!!!” Pikiranku berkecamuk. Aku
menggigit bibirku gelisah. Bagaimana ini? Uangku sudah habis terbuang sia – sia
untuk merayakan natal indah yang berakhir dengan kesalah pahaman yang ternyata
selebaran berisi iklan host panggilan yang menyebabkan namja –yang katanya-
seksi ini berada di rumahku saat ini. Dan.. Apakah aku harus melewati malam
natal ini dengan host itu? Nanti jika dia…… Aaarrghhh andwae !!
Tiba – tiba ,
kurasakan ia mencengkram lenganku lalu membalikkan tubuhku hingga berhadapan
dengannya. Ia menatapku dengan tatapan yang sangat lembut.
“Aku Kim Jongin.
Host nomor satu di klub itu. Kau beruntung lho dapat aku.” Namja bernama Jongin
itu membelai daguku sambil menatapku penuh nafsu (?). Aku merutuki tubuhku yang
seakan mematung di tempat. Tak bisa digerakkan sama sekali!
“Serahkan saja
semua padaku. Akan ku buat ini menjadi natal yang tak terlupakan.” Perlahan ia
mendekatkan wajahnya pada wajahku. Kurasakan tubuhku bergetar ketika ia semakin
mendekatkan wajahnya. Semakin dekat.. Semakin dekat.. Dan….
“ANDWAAAAAAAAEEEEEEEE
!!!!!!!!!!!!!!!”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Santa Klaus Panic ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Oohh.. Jadi kau
belum berpengalaman eoh? Kelihatan sih jika kau belum terbiasa dengan namja.
Aish.. Pelan – pelan ! Appo.. ” Ia menggerutu pelan saat aku mengompres
kepalanya yang sedikit bengkak karena ketika Ia hendak menciumku, aku memukulnya
dengan penggorengan yang ku taruh dekat meja =_=
“Mm maafkan aku.
Aku reflek tadi.. Aku juga sama sekali tak sadar kalau maksud selebaran itu
adalah Host. Maaf maaf maaf.” Aku segera bangkit dan membungkukkan badan
berulang kali meminta maaf kepadanya. Sungguh kejadian ini di luar dugaanku =.=
“Aku tak akan
meminta uangku kembali kok. Jadi lupakan saja kalau pernah memesanku. Anggap
saja kejadian ini tak pernah terjadi. Jadi, tolong kau pulang saja.” Kataku
lagi, berusaha ‘mengusir’ secara halus –dengan kata yang halus pula-.
“Mana bisa aku
cuma terima uang lalu pulang tanpa menyenangkan tamuku?” Ia mendengus pelan
sambil memegang kepalanya yang masih sakit.
“Aku pasti akan
membuatmu tergila – gila padaku. Gengsi dan harga diriku yang jadi taruhannya
kau tahu.” Namja itu menyeringai nakal padaku. Dan itu cukup membuatku
merinding. Gawat!
Tiba – tiba
Jongin menghampiriku dan memojokkanku pada sudut ruangan. Lalu ia menempelkan
tangan kanannya pada tembok yang berada di samping kepalaku. Seakan
memenjarakanku pada kungkungan tangannya itu.
“Jadi.. Apa yang
mau kau lakukan? Aku akan melakukan semua yang kau minta. Aku janji.” Mendadak
aku gugup berada sedekat ini dengannya. Jantungku berpacu cepat seolah – olah
akan meloncat keluar.
“Emm anuu.. Itu..
Yang aku inginkan kan? Aa aaku ingin kau emm merayakan natal denganku sesuai
list ini.” Dengan gugup aku menyerahkan note kecil yang kubuat tadi sore untuk
merayakan natal dengan Sinterklas asli. -,-
“Mwo?” Jongin
memandangku heran dan membuatku semakin gugup dengan wajah tampannya itu. Segera
ku seret ia ke ruang makan yang sudah ku siapkan berbagai makanan yang biasa di
sajikan saat malam natal.
“Karena aku
membuatnya terlalu banyak, jadi aku senang jika kau mau memakannya. Jika tidak
enak , tidak usah dihabiskan tak apa kok.” Aku tersenyum canggung melihatnya menatap
banyak makanan yang tersedia di meja makan.
“ Dasar
menyusahkan saja.” Ia mengiris kecil kalkun panggang yang ada di depannya, lalu
menyendokkan irisan kecil itu ke dalam mulutnya. Aku gugup melihatnya, takut
kalau – kalau ia akan berteriak jika makanan yang ku buat rasanya tidak enak.
“Ini benar kau
yang buat sendiri? Gawat! Ini enak sekali!” Ia mengiris lagi kalkun itu dan
memakannya lahap dengan mata yang berbinar – binar. “Baru kali ini aku memakan
makanan selezat ini? Kau harusnya menjadi koki handal dan terkenal di restoran mewah
saja.”
Aku tersenyum
melihatnya terus melahap makanannya. Di luar dugaan, masakanku ternyata cocok
di lidahnya.
“Aku juga buat
cake loh. Kau mau?” Ku lihat ia menganggukkan kepalanya dengan mulut yang masih
penuh dengan makanan. Aku tersenyum puas dan segera mengambilkan cake yang ada
di lemari es.
“Setelah ini
nyanyi lagu Jingle Bells, main game, dan menyalakan lampu – lampu hias di pohon
natal !!” Seruku bersemangat. Jongin menghentikan aktivitas melahap makanan
sekilas. Ia menatap ke arahku.
“Aku ingin
merayakan natal bersama – sama. Karena … Aku hampir tidak pernah merayakan
natal dengan seseorang. Tak terkecuali orang tuaku.” Nada bicaraku melemah. Aku
merasa sedih ketika mengingat hal paling ku benci itu. Jongin tersenyum manis
mendengarkan penuturanku.
Aku tak pernah tahu…
Merayakan
Natal dengan seseorang itu…
Rasanya
sangat menyenangkan…
~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Santa Klaus Panic ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“ Satu.. Dua..
Tiga.. Fuuuhhh..” Aku dan Jongin meniup lilin pada cake yang aku buat bersama –
sama.
“Merry Christmas,
Kyungsoo.” Jongin tersenyum –sangat- manis kepadaku. Aku merasa hangat menjalar
ke pipiku ketika melihat senyumnya. Sangat tulus dan tentu saja.. Sangat manis.
Dia mulai memakan
cake itu setelah kami lelah bermain game yang selalu dimenangkan olehnya. Dan
berakhir dengan kekalahanku yang membuat wajahku penuh dengan coretan spidol
-_-
“Terima kasih,
Jongin. Baru kali ini kurasakan natal yang sangat menyenangkan.” Tangan jongin
berhenti menyendokkan cake itu dan menatapku –lagi-. Lalu ia berdiri dan
menghampiriku.
“Tentu saja. Aku
datang malam ini untuk menyenangkanmu.” Ucapnya pelan.
“Setelah ini..
Kau mau aku melakukan apa hm?” Jongin membelai lembut rambutku lalu mengusap daguku
pelan. Jantungku mulai berdegup kencang ketika melihatnya lagi di jarang
sedekat ini. Ia mulai menutup matanya dan mendekatkan wajahnya padaku.
“Ehm.. Anu.. Itu..
Aku..” Gawat! Dia semakin mendekatkan bibirnya pada bibirku! Aku harus bagaimana?!
Aku belum pernah berciuman dengan namja manapun sebelumnya! –kecuali dengan
ayahku saat kecil, itupun hanya ciuman di pipi-
Wajahku memanas.
Aku segera mengalihkan wajahku ke sebelah kanan menghindari wajahnya. Ini
sangat memalukan!
“Kenapa eoh? Aku
ingin menciummu.” Jongin berusaha memegang daguku dan menghadapkan wajahku ke
wajahnya. Dia berusaha –lagi- untuk menciumku. Dan lagi – lagi aku mengalihkan
wajahku, kali ini ke arah kiri.
“Aish kau ini
kenapa sih?!” Jongin memegang kedua sisi kepalaku dan tetap hendak menciumku.
Namun reflek aku juga tetap mengalihkan wajahku. Dan lagi, kali ini ke arah
atas dan bawah..
1 kali gagal
2
kali gagal
3
kali gagal
4
kali gagal
5
kali gagal
6
kali gagal
7
kali gagal
8
kali gagal
Berkali
– kali gagal !!
1 jam kemudian ……
“Aish jinjja! Ya sudahlah!” Namja berkulit tan itu beranjak dari
atas tubuhku –posisi terakhir saat dia memaksa untuk menciumku- dan pergi
menuju ruang tv. Kelihatannya harga dirinya sedang menurun drastis eoh -_-
Aku terdiam di atas
sofa melihat punggung Jongin yang sedang santai menikmati acara di tv. Dadaku
masih berdebar kencang saat mengingat dia mendekatkan wajahnya padaku. Aku pun
juga bingung. Sangat bingung. Padahal waktu dia mendekatiku , aku tak merasakan
keberatan sekalipun seperti awalnya tadi. Kenapa aku malah menghindar saat dia
menciumku eoh? Sebenarnya perasaan apa ini?
Aku segera
berdiri dari sofa panjang yang ku duduki dan mulai mendekati Jongin. “Maafkan
aku.” Ucapku lirih.
Seketika Jongin
menoleh padaku. Ia menunggu lanjutan dari kata – kataku.
“Jongin sudah
banyak melakukan apa yang ingin ku lakukan. Dan berusaha keras untuk
menyenangkan aku.” Dia terpaku oleh kata – kataku.
“Tapi aku tak
bisa menerimanya dengan baik. Maafkan aku.” Entah dorongan dari mana, tiba –
tiba saja air mataku jatuh. Aku menyesal bisa membuat Jongin senang. Dia yang
membuatku senang hari ini. Harusnya aku membalasnya dengan membuatnya senang
pula bukan?
Jongin
menghampiriku dan dengan cekatan dia memelukku erat. Aku terkejut dengan sikapnya.
Pelukannya sangat lembut dan hangat. Belum pernah aku merasa senyaman ini
ketika berpelukan dengan sesorang.
Tiba – tiba dia
membawaku kembali ke sofa dan kembali menghempaskan tubuhku dengan posisi dia
yang berada di atasku. Dia tetap memelukku erat, seolah takut aku akan pergi.
“Ss.. Sakit
Jongin..” Punggungku kali ini terasa sakit saat dia menghempaskan tubuhku tadi.
Perlahan dia melepaskan pelukannya dan menatap ke arahku.
“Jj.. Jongin?”
Dia menatapku intens. Membuatku terpaku. Matanya menyiratkan kehangatan yang
teramat dalam. Aku tak bisa berbuat apa – apa. Aku terlampaui kalah dengan mata
indahnya itu.
Perlahan tapi
pasti, dia mendekatkan wajahnya dan memejamkan matanya. Aku pun ikut memejamkan
mataku. Aku berusaha meyakinkan diri.
Kali ini aku pasti bisa.
Aku pasti tak menolaknya lagi.
Tangannya memegang di kedua sisi kepalaku dengan lembut sambil
mengusap pelan rambutku. Berusaha menenangkanku. Tinggal 1 cm lagi. Bibirnya
hampir menyentuh bibirku. Dan…
KRRIIIIIIIIIING
!!!
Kami berdua
segera membuka mata masing – masing. Refleks aku segera mendorongnya dari atas
tubuhku dan menerima telepon dari ponselku yang berada di meja dekat sofa yang
ku duduki.
“Ah yeoboseo?
Nuguseyo?”
“Ini dari layanan
delivery Sinterklas. Kami hanya ingin mengingatkan jika sebentar lagi waktunya
akan habis. Terima kasih sudah menggunakan jasa kami.”
“Oh.. Waktunya
sudah habis ya?” Aku melihat ke arah tempat duduk Jongin setelah selesai
menutup telepon dari layanan delivery sinterklas itu.
“Fuh.. Aku tak
pantas disebut menjadi Host nomor satu ya?” Jongin tertawa pelan. Aku heran,
mengapa dia malah tertawa? Apa setelah ini dia akan kehilangan pekerjaannya?
Kurasa tak mungkin.
“Ini malam
terburuk ya?” Ucapnya lagi.
“Ini uangmu ku
kembalikan. Pekerjaanku tidak selesai. Aku tak berhak menerimanya. Jadi kau tak
boleh menolak , arraseo?” Dia meletakkan beberapa lembar won di meja dekat
sofa.
“Anggap saja host
panggilan hari ini tidak pernah ada. Aku pergi dulu. Jaga kesehatanmu, malam
ini salju turun sangat deras. Annyeong.”
BLAM
Namja bernama Kim
Jongin itu pun pergi.
Aku tak bisa
mencerna semua kejadian barusan ini. Aku terlalu terkejut. Dan ini terlalu
cepat. Aku juga baru menyadari, mengapa sebelumnya aku tak bisa menerima
Jongin. Karena … Saat natal usai … Sinterklas itu akan pergi …
Namja bernama Kim Jongin itu…
Adalah
seorang Host panggilan…
Dia
ke sini hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya ...
Hanya
itu alasannya…
Aku berusaha
menahan tangisku sambil membereskan sisa – sisa kekacauan yang aku dan Jongin
telah perbuat. Bermain bersama. Makan malam bersama. Menghias pohon natal
bersama. Menyanyikan lagu natal bersama. Meniup lilin bersama. Seketika aku
mengingat semua hal – hal yang ku lakukan barusan dengannya. Di malam natal
ini.. Dilakukan bersama dengan Kim Jongin. Ini terlalu cepat.
Tapi…
Sungguh…
Ini
bukan malam yang terburuk…
Tak bisa ku tahan
lagi. Air mataku keluar dengan derasnya. Aku segera keluar dari dapur dan
meletakkan semua perlengakapan yang ku pakai untuk membersihkan meja. Aku berlari
tergesa – gesa. Tanganku bergetar tak karuan mencari handphone milikku. Namun
tak kunjung ditemukan! Aku mendesah frustasi. Segera ku singkirkan segala
barang yang ada di meja dan segala tempat yang ada di hadapanku. Aku harus
cepat menemukan handphoe-ku!
Tak berapa lama
aku pun menemukan handphone tersebut terselip di lipatan – lipatan sofa. Aku
segera mengambilnya kilat dan menelpon nomor host club tempat di mana Kim
Jongin bekerja.
“Yeoboseo?
Layanan delivery? Aku orang yang baru selesai menggunakan jasa anda….” Aku
berlari seperti orang gila. Mengambil syal hangat dan tas yang berisi dompet
dengan cepat. Aku segera berlari ke teras dan membakai sepatu dengan terburu –
buru. Dan tak lupa, dengan hanphone yang masih mengapit di antara pundak dan telinga.
“Jebal.. Jebal
beritahu aku.. Di mana Kim Jongin sekarang? Jebal…” Air mataku tetap mengalir
deras. Aku tak peduli kebingungan yang melanda si penerima telepon di seberang
sana. Aku hanya perlu tahu.. Di mana Jongin sekarang… Aku selesai memakai sepatu
dan segera membuka pintu…..
“Hey…”
Aku mendengar
suara seseorang. Aku seperti mengenal suara ini. Suara orang yang mengacaukan
pikiranku barusan. Apakah aku sedang tak sadarkan diri di depan pintu? Atau ini
hanya anganku saja?
Aku terpaku
ketika menengokkan kepalaku kea rah kanan. Dia………
“Hey.. Karena kau
tak juga keluar, aku hampir membeku duduk di sini tau. Kau harus tanggung
jawab.”
Aku tak bisa
mengatakan apa pun. Kim Jongin…… Namja yang ku cari…… Dia duduk di depan pintu
menungguku…… Keluar?
“Kenapa? Bukankah
kau sudah pulang tadi?” Akhirnya aku mempunyai kekuatan untuk membuka mulutku
yang sedari tadi terkunci karena terkejut.
“Aku lupa
memberimu hadiah..” Katanya, santai. Dengan gerakan tiba – tiba, ia merebut
handphone yang sedari tadi tetap berada di genggaman tangan kananku.
“Tapi… Bukankah
ini malam yang terburuk?” Tanyaku.
“Sebagai host
terbaik, jelas ini malam yang sangat buruk.” Ucap Jongin.
“Aku harus
berjuang keras menaklukan namja yang sunguh – sungguh mengatakan terima kasih
pada orang yang datang sebagai host. Dan menangis karena merasa bertangung
jawab hanya karena ia menolak ku cium.” Jongin mulai mengetikkan sesuatu pada
handphone-ku.
“Bukannya
menaklukkannya, malah aku yang jadi menyukainya.” Ia terkekeh kecil. Membuatku
semakin terpaku.
“Maka dari itu,
anggap saja host panggilan hari ini tak pernah ada. Aku hanya sinterklas yang
datang untuk memberikan hadiah pada Kyungsoo.”
“Merry Christmas,
Kyungsoo. Ini untukmu.” Dia menyerahkan handphone itu padaku. Aku menerimanya dengan
bingung dan melihat ke arah layarnya.
“Itu nomor
handphone-ku. Kau tau, para yeoja dan namja yang memesanku untuk menjadi host
mereka sangat menginginkan nomorku. Jadi itu sangat langka. Simpan baik –
baik.” Ia tersenyum sangat lembut. Aku terdiam tak bisa berkata apa – apa.
Mataku mulai berkaca – kaca.
“Kau sungguh
membuatku menjadi tergila – gila padamu, Kim Jongin..” Segera kupeluk tubuhnya
yang dingin. Jongin terkejut melihatku melakukan gerakan tiba – tiba. Ia
kembali tersenyum dan membelai pelan punggungku.
“Mulai sekarang,
jangan pernah pergi jauh dariku. Dan kau sekarang adalah kekasihku. Kekasihku
yang paling kucintai. Arra?” Aku menganggukan kepalaku di balik punggungnya.
“Malam kita belum
berakhir. Malam natal yang sebenarnya baru saja di mulai.” Seketika pipiku
memanas mendengar perkataannya barusan. Ia melepaskan pelukan kami dan mulai
mendekatkan wajahnya pada wajahku hingga bibir kami saling bertemu. Saling
menghangatkan diri dari salju yang turun sangat lebat tahun ini.
Malam natal yang
tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku. Malam natal yang akan membawa
perubahan baru dalam hidupku.
Walau malam natal berakhir..
Sinterklas
akan tetap di sampingku..
Mendampingiku..
Selamanya..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ FIN ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Langganan:
Postingan (Atom)